WISATA ARSITEKTUR
MESJID RAYA BAITURRAHMAN
Bagi yang sudah pernah berkunjung
ke Banda Aceh pasti tidak melewatkan kunjungannya ke Mesjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh. Mesjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh ini adalah salah satu
mesjid termegah di Asia Tenggara. Mesjid ini berlokasi bersebelahan dengan
pasar tradisional Aceh, “Pasar Aceh”.
Menempaati area lebih kurang lebih
empat hektar, meesjid ini berasitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah,
empat menara dan satu menara utama. Ruangan dalam berlantai marmer dan dapat
menampung hingga 9000 jamaah.
Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di
pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh.
Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada
tahun 1873,
masjid ini dibakar, kemudian pada tahun 1875 Belanda membangun kembali
sebuah masjid sebagai penggantinya.
Mesjid ini berkubah tunggal dan
dapat diselesaikan pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini
diperluas menjadi 3 kubah pada tahun1935.
Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959-1968). Mesjid ini kemudian
telah diperluas dan saat ini memiliki 7 kubah.
Masjid ini merupakan salah satu
masjid yang terindah di Indonesia yang
memiliki bentuk yang manis, ukiran yang menarik, halaman yang luas dan terasa
sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan masjid tersebut. Mesjid
Raya Baiturrahman dibangun pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Mesjid ini merupakan saksi bisu sejarah Aceh dan menjadi maskas pertahanan
rakyat Aceh ketika berperang dengan Belanda Banyak peristiwa penting yang
tercatat terjadi di mesjid ini.
Peristiwa
sejarah yang terakhir adalah terjadinya bencana tsunami 24 Desember 2004. Kita
menyaksikan bagaiman ketinggian dan derasnya air tsunami yang hampir
menggenangi ruangan dalam Mesjid Raya Baiturrahman dan saksi sejarah bagi
orang-orang yang selamat ketika berlindung di mesjid Raya Baiturrahman. Setelah
air tsunami surut, ribuan jenazah korban tsunami diletakkan di dalam mesjid
Raya Baiturrahman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar